Senin, 16 Desember 2019

Utang Luar Negeri Indonesia Tumbuh 11,9 Persen

KONTAK PERKASA FUTURES - Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2019 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir Oktober 2019 tercatat sebesar USD 400,6 miliar, terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan bank sentral) sebesar USD 202,0 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 198,6 miliar.
Dikutip dari keterangan resmi BI, Senin (16/12/2019), ULN Indonesia tersebut tumbuh 11,9 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,4 persen (yoy).
Kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN dan penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS sehingga utang dalam Rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi dolar AS. Pertumbuhan utang luar negeri yang meningkat dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan ULN Pemerintah di tengah perlambatan ULN swasta.
Menurut BI, pertumbuhan ULN Pemerintah meningkat sejalan dengan keyakinan investor asing terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi keuangan domestik yang menarik. Posisi ULN Pemerintah pada akhir Oktober 2019 tercatat sebesar USD 199,2 miliar atau tumbuh 13,6 persen (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan sebelumnya.
Pertumbuhan ULN terutama dipengaruhi oleh peningkatan arus masuk neto asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan penerbitan global bonds pada Oktober 2019.
Pengelolaan utang luar negeri Pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (19 persen dari total ULN Pemerintah), sektor konstruksi (16,5 persen), sektor jasa pendidikan (16,1 persen), sektor administrasi Pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (15,3 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (13,4 persen).
ULN swasta tumbuh melambat dari bulan sebelumnya. Posisi ULN swasta pada akhir Oktober 2019 tumbuh 10,5  persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 10,7 persen (yoy).
Perkembangan ini disebabkan oleh pertumbuhan ULN Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) dan Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan (PBLK) yang melambat.
Secara sektoral, ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas & udara (LGA), sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian.
Pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,6 persen.
Struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Kondisi tersebut tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik  Bruto (PDB) pada Oktober 2019 sebesar 35,8 persen, membaik dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya.
Di samping itu, struktur ULN Indonesia tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang dengan pangsa 88,4 persen dari total ULN.
Dalam rangka menjaga struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus meningkatkan koordinasi dalam memantau perkembangan ULN, didukung dengan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
Peran ULN juga akan terus dioptimalkan dalam menyokong pembiayaan pembangunan, dengan meminimalisasi risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian.

BACA JUGA : 

Wah, Deretan Uang Kuno Ini Dijual dengan Harga Selangit

Jumat, 13 Desember 2019

[New post] Sambut Akhir Pekan, IHSG Ditutup Menguat ke 6.197,31

perkasafuturesbpp posted: " KONTAK PERKASA FUTURES - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan jelang akhir pekan ini. Investor beli saham selama perdagangan. Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (13/12/2019), IHSG ditutup naik 57,92 poin atau "

Grab Luncurkan Uji Coba Kendaraan Listrik

KONTAK PERKASA FUTURES  - President Director of Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata, meluncurkan uji coba kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).
Uji coba ini bertujuan untuk mempercepat adopsi EV di Indonesia dalam mewujudkan jaringan transportasi yang lebih ramah lingkungan.
"Hari ini sangat membanggakan karena ini menjadi suatu langkah maju, untuk menuju ekosistem berkendaraan baru atau kendaraan listrik dengan tenaga baterai," kata Ridzki di Jakarta, JUmat (13/12/2019).
Menurutnya, ini merupakan kerja sama Grab dengan pemerintah Indonesia dalam mengimplementasikan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 55 tahun 2019, tentang Percepatan Kendaraan Kendaraan Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. 
Ia pun mengatakan bahwa pihak Grab sudah menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) pada Juli 2019 dengan salah satu investor yakni SoftBank, yang menginvestasikan hingga USD 2 miliar atau Rp 27 triliun (USD 1 = Rp 13,985). Investasi ini untuk membangun ekosistem EV agar mencapai 2 juta unit kendaraan listrik pada tahun 2025.
"Kami sudah bertemu dengan investor, yang juga bertemu dengan Presiden di Istana, membahas tentang kendaraan listrik ini," jelasnya.
Selain itu, Grab sengaja meluncurkan kendaraan listrik diakhir tahun 2019. Hal itu supaya menjadi awal baru dalam membangun ekosistem EV di tahun selanjuynya.
Adapun jenis kendaraan yang diluncurkan yakni mobil dan motor. Untuk kendaraannya Grab bekerja sama dengan produsen mobil Hyundai, Astra Honda Motor (AHM), dan Gesits, untuk meluncurkan uji coba kendaraan listrik di wilayah Jabodetabek.
Ia lun berharap bisa mendorong teknologi Indonesia dan menciptakan bengkel elektrik juga. Hal ini menjadi suatu langkah hijau dari Grab untuk menghidupkan keadaan hijau di Indonesia dengan menekan 0 persen polusi dan meningkatkan 100 persen kendaraan listrik.
"Kami harapkan dukungan segala pihak, kita berharap bukan hanya langkah sendiri melainkan kolaborasi," pungkasnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, juga menyampaikan bahwa dirinya sangat mengapresiasi inisiatif yang telah dilakukan oleh Grab.
"Inisiatif ini sejalan dengan peraturan saat ini untuk mengembangkan industri EV, serta mempercepat penggunaan moda transportasi ramah lingkungan di Indonesia," kata Luhut dalam sambutannya.
Ia pun berharap dengan dibangunnya ekosistem kendaraan listrik, bisa memperkuat keamanan energi Indonesia, mewujudkan udara yang lebih bersih, dan menjadikan Indonesia sebagai bagian dari EV Global Supply Chain.

Kamis, 12 Desember 2019

[New post] Pengguna Ancam Hapus Akun WhatsApp Gara-Gara 'From Facebook

perkasafuturesbpp posted: " PT KONTAK PERKASA FUTURES - Para pengguna WhatsApp di seluruh dunia mengancam untuk menghapus akun mereka. Hal ini karena WhatsApp menggunakan keterangan "From Facebook" di halaman muka, sebelum pengguna memulai masuk ke aplikasi ini. Frasa "Fr"

Rabu, 11 Desember 2019

Siapkah Indonesia Hadapi Revolusi Industri 4.0?

PT KONTAK PERKASA FUTURES -  Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyelenggarakan dialog publik membahas kesiapan Indonesia dalam menghadapi gelombang revolusi industri 4.0, di Jakarta, Kamis (12/12/2019).
Kepala Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek dan Inovasi LIPI, Dudi Hidayat, memaparkan bahwa revolusi industri 4.0 berkembang dengan pesat, yang berdampak signifikan pada berbagai sektor dan jenis pekerjaan.
Menurutnya, perubahan yang di
"Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki realitas ekonomi sendiri serta kondisi sosial dan politik yang berbeda, sehingga perlu solusi yang sesuai dan tepat," kata Dudi.
Di balik itu, banyak sektor yang berpeluang untuk diganti oleh robot, yang berdampak hilangnya lapangan pekerjaan.
Karena revolusi industri 4.0 merupakan perpaduan sistem teknologi fisik, digital, dan biologis yang mengubah cara hidup manusia, yang menghasilkan kecerdasan buatan, internet of things(IoT), rekayasa genetika, kendaraan otonom, big data, cloud computing, neuroteknologi, dan 3D printing. Dari teknologi tersebut, tentu mengubah sistem sosial, ekonomi, dan politik.
Melihat hal tersebut, Indonesia harus berupaya untuk meningkatkan kesiapannya dalam aspek Sumber Daya Manusia (SDM), dan infrastruktur, agar tidak tertinggal.
Sektor manufaktur Indonesia mulai gencar mengadopsi teknologi digital terbaru dalam revolusi industri 4.0 terutama aritificial intelligence, machine learning, dan internet of things (IoT) yang semua berbasis cloud.
Teknologi digital terbaru itu digunakan untuk menopang inovasi manufaktur sehingga meningkatkan efisiensi sekaligus menggenjot produktivitas, serta mampu mengatur skalabilitas produksi untuk mencapai fleksibilitas dan kegesitan operasional.
VP Product Management Cloud & UC Telkomtelstra Arief Rakhmatsyah menjelaskan dalam revolusi industri 4.0 sektor manufaktur telah menggunakan IoT dan memanfaatkan banyak sensor di seluruh lini produksi.
Kehadiran sensor yang terhubung dengan IoT memungkinkan perusahaan manufaktur untuk mencapai efisiensi operasional, skalabilitas produksi, kegesitan, sekaligus meningkatkan produktivitas di saat peak season. 
Berdasarkan riset perusahaan teknologi informasi, Gartner IoT Forecast Tools 2018, akan ada 153 ribu benda yang akan terkoneksi dengan IoT di Indonesia hingga 2020. Pertumbuhan IoT di Indonesia mencapai rata-rata majemuk (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 19 persen sampai akhir 2022. 
“Dengan banyaknya inovasi-inovasi dan dibutuhkan agility ketika harus men-develop banyak hal, itu lebih mudah kita melakukannya di cloud daripada perusahaan harus berinvestasi di datacenter yang besar, itu jatuhnya mahal,” papar Arief dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (9/12/2019).
Karena itu, menurut dia, dibutuhkan solusi-solusi terdepan untuk menjawab tantangan tersebut. Telkomtelstra sebagai cloud provider menyediakan sistem berbasis azure yang sangat lengkap dengan keunggulan end-to-end dari cloud hingga edge computing.
“Mungkin rekan-rekan sudah familiar dengan cloud, tapi masih belum dengan edge computing. Edge computing adalah perpanjangan dari cloud yang diletakkan di sisi customer. Sebab, setiap perangkat IoT mengirim data/informasi terus-menerus, kalau langsung ke cloud bisa berat. Terlalu jauh komunikasinya, maka cloud juga perlu perpanjangan tangan. Keunggulannya, edge computing itu sudah ada machine learning di dalamnya,” jelas dia.
Arief menambahkan sektor manufaktur seperti industri pesawat terbang, otomotif, dan lainnya telah menggunakan solusi terdepan ini.
“Implementasi sudah diaplikasi ke industri manufaktur pesawat, banyak sensor dipasang di setiap pesawat sehingga dapat mendeteksi risiko kerusakan dan perawatan. Demikian juga di otomotif, mobil seri mahal itu penuh sensor, ban kempis sedikit sudah ketahuan. Mobil yang dipasangi berbagai sensor itu, datanya kemudian dikumpulkan di edge computing untuk dianalisis dengan machine learning,” jelasnya.

Selasa, 10 Desember 2019

[New post] IHSG Dibuka Menghijau, Rupiah di Posisi 14.015 per Dolar AS

perkasafuturesbpp posted: " PT KONTAK PERKASA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menghijau pada perdagangan hari ini. Posisi rupiah di angka 14.015 per Dolar AS. Pada pra pembukaan perdagangan, Rabu (11/12/2019), IHSG naik 7,07 poin atau 0,11 persen ke level 6.190,57. I"

ADB Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi China dan Negara Berkembang Asia

Bank Pembangunan Asia (ADB) menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi bagi negara-negara berkembang di Asia pada tahun ini dan 2020. Prospek perekonomian China dan India yang lemah menjadi indikasi aktivitas ekonomi di kawasan itu ikut terimbas.
ADB memangkas perkiraan pertumbuhan bagi negara berkembang Asia menjadi 5,2 persen pada 2019 dan 2020. Pemberi pinjaman berbasis di Manila ini memangkas prediksi dari awalnya di kisaran 5,4 persen dan 5,5 persen.
Khusus China, lembaga ini memprediksi pertumbuhan ekonomi negara ini masing-masing 6,1 persen di 2019 dan 5,8 persen di 2020. Ini dari perkiraan awal masing-masing 6,2 persen dan 6,0 persen, yang diumumkan pada bulan September.
“Sementara tingkat pertumbuhan masih solid di negara-negara berkembang Asia, ketegangan perdagangan yang terus-menerus telah berdampak pada kawasan ini dan masih merupakan risiko terbesar terhadap prospek ekonomi jangka panjang,” kata Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada, seperti mengutip laman CNBC, Rabu (11/12/2019).
"Inflasi, masih dipicu harga makanan yang tinggi. Di mana, demam babi Afrika telah menaikkan harga daging babi secara signifikan," tambah Sawada.
Tercatat, pertumbuhan ekonomi China di kuartal ketiga melambat lebih dari harapan menjadi 6 persen secara tahun-ke-tahun. Ini menandai laju terlemahnya dalam hampir tiga dekade. Dan ini diprediksi akan berada di bawah target setahun pemerintah berkisar 6,0 persen dan 6,5 persen.
ADB juga menurunkan perkiraan untuk ekonomi terbesar di Asia Selatan. Ekonomi India untuk tahun fiskal 2019 dan 2020 diprediksi turun menjadi 5,1 persen dan 6,5 persen, dari perkiraan awal sebesar 6,5 persen dan 7,2 persen. Tekanan likuiditas pada perusahaan pembiayaan non-perbankan dan lambatnya pekerjaan pertumbuhan jadi pemicu.
Pertumbuhan Asia Tenggara juga diperkirakan akan sedikit lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya. Negara dengan perekonomian yang bergantung pada perdagangan seperti Singapura dan Thailand akan terpukul keras oleh perang perdagangan dan perlambatan global yang lebih luas.
Negara-negara berkembang Asia menghadapi kenaikan biaya makanan, dengan inflasi masing-masing sebesar 2,8 persen di 2019 dan 3,1 persen pada 2020. Angka ini naik dari perkiraan pemberi pinjaman sebelumnya sebesar 2,7 persen untuk kedua tahun tersebut.