Senin, 06 Januari 2020

10 Negara dengan Kerugian Ekonomi Terbesar Akibat Banjir

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Di awal tahun 2020, beberapa wilayah di Indonesia terlanda bencana banjir.Upaya penanganan pun dilakukan antara pemerintah pusat dan daerah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kerusakan yang ditimbulkan dari bencana banjir sangat besar. Selain mengganggu aktivitas masyarakat juga mempengaruhi secara perekonomian dari dampak yang muncul.
Mengutip laman Worldatlas, Selasa (7/1/2020), beberapa negara pernah terlanda banjir yang dahsyat. Beberapa diantaranya berada di Asia. Banjir menyebabkan kerugian secara materi dan imateri.
Data total kerugian, menurut data Pusat Penelitian Epidemiologi Bencana, Jerman menduduki posisi keenam. Negara ini mengalami kerugian secara ekonomi mencapai USD 12,9 miliar (Rp 180,6 triliun) dari bencana yang melanda pada 2013.
Peristiwa serupa lainnya terjadi di Jerman pada tahun 2002, dengan kerugian total USD 11,6 miliar (Rp 162,4 triliun).
Negara lain di luar Asia yang masuk daftar memiliki potensi kerusakan besar akibat banjir yaitu Amerika Serikat.
Setelah banjir dahsyat pada 1993, dana yang digunakan untuk memperbaiki semua kerusakan properti dan perbaikan wilayah mencapai USD 12 miliar (Rp 168 triliun). Pada 2008 kerugian yang diakibatkan oleh banjir lain di Amerika Serikat mencapai USD 10 miliar (Rp 140 triliun).

Adapun banjir dahsyat kedua dan ketiga terjadi di China. Banjir menghancurkan berbagai infrastruktur dan merusak secara perekonomian.
Selama banjir yang terjadi sejak 1 Juli 1998, China menghabiskan lebih dari USD 30 miliar untuk melakukan perawatan kesehatan, perbaikan, membangun perumahaan baru dan memperbaiki gedung-gedung pemerintahan yang terkena dampak banjir.
Banjir kedua di Cina yang paling dahsyat terjadi di tahun 2010. Menurut data resmi, 392 orang meninggal dunia dan sekitar 232 dilaporkan hilang selama banjir.
Terlepas dari seberapa jumlah korban tersebut dapat muncul dari tengah populasi yang jauh lebih dari satu miliar, laporan resmi mengatakan bahwa banjir memiliki dampak negatif pada lebih dari 134 juta orang.
Beberapa banjir tambahan berpengaruh pada Cina, meskipun begitu dampak ekonomi yang dialami jauh lebih kecil dibanding dua banjir lainnya yang pernah terjadi. Salah satu banjir yang terjadi pada tahun 1996 membuat kerugian Cina mencapai USD 12,6 miliar. 
Adapun urutan pertama negara yang mengalami kerugian terbesar adalah Thailand. Bencana tersebut terjadi pada 2011. 
Pada 5 Agustus 2011, daratan Nock-Ten terhempas badai tropis yang berakibat ke daerah-daerah di sekitar aliran sungai Chao Phraya dan Mekong. Bahkan ibukota Bangkok rusak parah akibat curah hujan lebat.
Menurut data dari Bank Dunia, diperkirakan kerusakan ekonomi pada saat itu sekitar USD 40 miliar USD 45 miliar. Pada skala internasional, ini merupakan bencana alam termahal keempat dari segala bentuk bencana yang pernah dicatat.
Bencana alam lainnya, adalah gempa bumi Tohoku di Jepang pada 2011, gempa bumi Kobe di 1995 dan Badai Katrina yang melanda Amerika Serikat pada 2005.
Tahun: 2011
Nilai kerugian: USD 40 miliar (Rp 560 triliun)
Tahun: 1998
Nilai Kerugian: USD 30 miliar (Rp 420 triliun)
Tahun: 2010
Nilai kerugian: USD 18 miliar
Tahun: 2014
Nilai kerugian: USD 16 miliar
Tahun: 1995
Nilai kerugian: USD 15 miliar
Tahun: 2013
Nilai Kerugian: USD 12,9 miliar
Tahun: 1996
Nilai kerugian: USD 12,6 miliar
Tahun: 1993
Nilai Kerugian: USD 12 miliar
Tahun: 2002
Nilai Kerugian: USD 11,6 miliar
Tahun: 2008
Nilai Kerugian: 10 miliar

baca juga : 

Seluruh Sektor Menghijau, IHSG Dibuka Naik ke 6.279,42

Minggu, 05 Januari 2020

[New post] Bali Incar 1 Juta Sapi Ternak di 2025

perkasafuturesbpp posted: " KONTAK PERKASA FUTURES - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendukung sepenuhnya program Provinsi Bali mencapai Satu Juta Ternak Sapi Bali di 2025. Hal tersebut disampaikannya saat menyaksikan penandatangan tiga nota kesepahaman anta"

Diklaim China, Natuna Punya Cadangan Gas Terbesar di Indonesia

KONTAK PERKASA FUTURES -  Wilayah perairan Natuna kembali ramai dibicarakan. Hal ini setelah klaim China atas daerah yang menjadi bagian dari Kepulauan Riau tersebut.
Menko Polhukam Mahfud Md sendiri telah menyatakan jika China tak punya hak sama sekali di Natuna.
"Kalau secara hukum, China tidak punya hak untuk mengklaim. Itu karena Indonesia tidak punya konflik perairan (dengan China), tumpang tindih perairan, Indonesia tidak punya," kata Mahfud di kantornya, pekan lalu.
Lantas seberapa penting Natuna sehingga perlu untuk dipertahankan Indonesia dari klaim Negeri Tirai Bambu?
Natuna memang memiliki banyak sumber daya alam (SDA) yang melimpah, khususnya di sektor energi. Proyek yang tengah dikembangkan yaitu Blok East Natuna yang memiliki kandungan minyak dan gas.
Cadangan gas di Natuna memang disebut sebagai yang terbesar di Indonesia yaitu sebesar 46,96 TSCF. Saat ini produksi gas di wilayah tersebut baru mencapai 489 MMSCFD.
Sedangkan untuk minyak, Indonesia memiliki cadangan minyak di Natuna diperkirakan mencapai 36 juta barel dengan produksi saat ini sebesar 25 ribu barel per hari.
Selain itu, Natuna memiliki sumber daya perikanan yang besar. Natuna tercatat memiliki produksi perikanan hingga 88 ribu ton. Namun, angka tersebut masih terbilang kecil dibandingkan potensi perikanan Natuna yang diperkirakan mencapai 1 juta ton per tahun.
Dari sisi pertanian, Natuna menjadi penghasil komoditas pertanian penting seperti beras, jagung, kedelai, cabai rawit, karet, kelapa, cengkeh, kacang tanah dan lain-lain.
Natuna juga memiliki potensi pariwisata yang menjanjikan. Sebagai wilayah kepulauan, Natuna memiliki 130 objek wisata. Natuna memiliki 44 hotel/penginapan dengan total 514 kamar.

Jumat, 03 Januari 2020

[New post] Keraguan Soal Gerak Wall Street Bawa Harga Emas Dunia Naik

perkasafuturesbpp posted: " PT KONTAK PERKASA - Harga emas dunia menunjukkan kemilaunya dengan menguat di awal tahun. Kenaikan harga emas didorong keraguan seputar gerak Wall Street, sementara harga platinum naik 3 persen dipicu peningkatan permintaan.     Melansir laman Re"

Rupiah Berpeluang Terus Menguat di Awal Tahun

PT KONTAK PERKASA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di pekan pertama 2020.
Mengutip Bloomberg, Jumat (3/1/2020), rupiah dibuka di angka 13,885 per dolar AS, menguat tipis dibandingkan penutupan perdagangan kemarin yang ada di angka 13,893 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.882 per dolar AS hingga 13.910 per dolar AS. Hingga pukul 10.22 WIB, rupiah bertengger di 13.910 per dolar AS.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.899 per dolar AS, melemah jika dibandingkan penutupan perdagangan 2 Januari 2020 yang ada di angka 13.895 per dolar AS.
Menurut Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan berpeluang kembali menguat setelah terkoreksi di perdagangan awal tahun.
"Hari ini rupiah kemungkinan akan kembali menguat," kata dia dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2020).
Dari eksternal, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menyatakan akan menandatangani kesepakatan perdagangan fase pertama dengan China pada 15 Januari 2020. Trump menyatakan seremoni penandatanganan kesepakatan tersebut akan dilakukan di Gedung Putih.
Setelah penandatangan, Trump berencana akan melakukan kunjungan ke China untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan fase kedua.
Kendati demikian, sejauh ini China belum memberikan konfirmasi mengenai tanggal tersebut dan belum merilis pernyataan apa pun tentang penandatanganan tersebut.
Dari domestik, inflasi secara keseluruhan pada akhir tahun 2019 tercatat 2,72 persen, lebih rendah dari 2018 yang mencapai 3,13 persen.
Ibrahim memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.863 per dolar AS hingga Rp13.910 per dolar AS.
Mantan Menteri Keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Muhammad Chatib Basri memprediksi rupiah akan stabil di tahun 2020. Namun di tahun selanjutnya, rupiah akan mengalami gejolak.
Chatib menjelaskan hal itu karena The Fed atau bank sentral Amerika Serikat (AS) yang dipastikan akan kembali mengerek suku bunga acuannya di 2021.
Dia mengungkapkan hal itu itu berdasarkan hasil survei dari anggota rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang menyebut jika tingkat suku bunga The Fed masih akan datar (flat) pada 2019-2020. Namun, pada 2021-2022 hasil survei menunjukkan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya di 2021.
"Berarti rupiah akan stabil di 2019-2020 dan bahwa mungkin rupiah akan bergejolak di 2021-2022," kata dia, di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Selasa (10/12).
Hal itu, kata dia, otomatis akan menggoyang kebijakan di emerging market atau negara berkembang termasuk Indonesia. Sebab saat The Fed menurunkan suku bunga acuannya, arus modal akan mengalir ke emerging market. Namun ketika mereka menaikkan suku bunga acuannya maka modal tersebut akan keluar dari emerging market dan beramai-ramai masuk ke AS.
"Jika itu kondisi yang ada maka mungkin kita akan punya gambaran rupiah yang relatif stabil di tahun ini dan tahun depan sekitar Rp14.500 atau dalam rentang dalam asumsi pemerintah," jelasnya.

Kamis, 02 Januari 2020

[New post] 10 Peristiwa Penting di Dunia Siber sepanjang 2019

perkasafuturesbpp posted: " PT KONTAK PERKASA - Banyak peristiwa siber di dalam dan luar negeri yang menyedot perhatian publik sepanjang 2019. Berikut ini sepuluh peristiwa siber yang populer di Tanah Air yang sudah dirangkum oleh lembaga keamanan siber CISSReC. Januari 2019 "

Jokowi Bakal Buka Perdagangan Saham Perdana di 2020

PT KONTAK PERKASA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dijadwalkan akan membuka perdagangan perdana saham tahun 2020 di Bursa efek Indonesia (BEI) pada Kamis ini. Selain Jokowi, akan hadir juga beberapa petinggi di dunia pasar modal seperti Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan beberapa pengusaha.
Dikutip dari agenda BEI, Kamis (2/1/2020), Jokowi akan hadir di BEI sekitar pukul 08.30 WIB. Presiden akan melakukan penekanan layar sentuh sebagai tanda pembukaan Indeks Harg Saham Gabungan (IHSG) tahun 2020 tepat pukul 09.00 WIB. Selain itu, Jokowi juga akan melakukan pidato usai melakukan seremoni pembukaan perdagangan.
Sedangkan pada penutupan perdagangan 30 Desember 2019 kemarin, IHSG ditutup di zona merah. Hanya tiga sektor saham yang berada di zona hijau membuat IHSG tersungkur jelang pergantian tahun.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (30/12/2019), IHSG ditutup turun 29,77 poin atau 0,47 persen ke posisi 6.299,53. Sementara itu, indeks saham LQ45 naik 0,81 persen ke posisi 1.014,47.
Selama perdagangan, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 6.336,92 dan terendah 6.289,54.
Sebanyak 234 saham melemah sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sementara 195 saham menguat dan 151 saham diam di tempat.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 439.878 kali dengan volume perdagangan 15,7 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 11 triliun.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Sri Mulyani mengakui tahun ini menjadi titik berat bagi seluruh pelaku ekonomiMenteri Perdagangan Agus Supramanto secara resmi melakukan penutupan perdagangan pasar modal seiring dengan berakhirnya 2019. IHSG ditutup melemah di level 6.229,53 poin atau turun 0,47 persen dari perdagangan Jumat kemarin sebesar 6.329,31 poin.
Dalam sambutannya, Sri Mulyani mengakui tahun ini menjadi titik berat bagi seluruh pelaku ekonomi. Hal ini tercermin dari beberapa indikator ekonomi Indonesia yang menunjukan trend yang tidak begitu baik sepanjang tahun.
"Di dalam lingkungan ekonomi global tidak pasti kita perlu saling sinergi jaga ekonomi kita. Agar pelaku ekonomi bisa terus tumbuh dan lingkungan ekonomi kita terjaga," katanya di bursa efek indonesia, Jakarta, Senin (30/12). 
Sri Mulyani menekankan, pemerintah perlu melakukan sinergi untuk merespon setiap perubahan yang terjadi baik di dalam negeri maupun luar. Hal itu dilakukan untuk menjaga ketahanan ekonomi dari tekanan global.
"Bagi pemerintah artinya harus lincah respon perbubahan terjadi," imbuh dia.
Di sisi lain, Bendahara Negara ini juga mengapresiasi kinerja positif pasar modal Indonesia sepanjang 2019. Menurut dia, di tengah bursa efek negara lain mencatat petumbuhan negatif, pasar modal Tanah Air mampu tumbuh positif sepanjang 2019.
"Saya apresiasi jajaran bursa yang melakukan kerja keras pada tahun 2019. Jumlah investor saham 2,4 juta tumbuh 40 persen dari 2018. Ini dilakukan disaat OJK dan BEK bersih bersih dari transaksi tidak baik bisa mencederai," katanya.
Dia menambahkan, pasar modal Indonesia akan tumbuh apabila reputasi dan regulasi dari regulator berjalan efektif. Dia pun berharap agar pembukaan perdagangan pasar modal pada Kamis (2/1) mendatang juga mampu memberikan kinerja postif

BACA JUGA : 

Jokowi: Bersihkan dan Hentikan Praktik Goreng Saham!