Senin, 08 Juni 2020

Terus Menguat, Rupiah Sentuh Level 13.872 per Dolar AS

PT KONTAK PERKASA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Sentimen positif masih akan mendorong penguatan aset-aset berisiko.
Mengutip Bloomberg, Senin (8/6/2020), rupiah dibuka di angka 13.872 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.877 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.872 per dolar AS hingga 13.921 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,40 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.956 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.100 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin ini masih melanjutkan tren positif.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, hari ini kemungkinan sentimen positif masih akan mendorong penguatan aset-aset berisiko, salah satunya rupiah.
"Data tenaga kerja AS, Non-Farm Payrolls dan tingkat pengangguran bulan Mei, yang dirilis Jumat malam, yang hasilnya di luar dugaan lebih bagus dari proyeksi, menjadi faktor pemicu baru pembelian aset-aset berisiko," ujar Ariston dikutip dari Antara.
Data NFP AS per Mei menunjukkan, pertambahan jumlah orang yang dipekerjakan di luar sektor pertanian dan pemerintahan sebesar 2,5 juta orang, padahal sebelumnya para analis memperkirakan terjadi pengurangan sebesar 7,7 juta. Tingkat pengangguran pun turun menjadi 13,3 persen, dari sebelumnya 14,7 persen.
Menurut Ariston, data tenaga kerja AS yang lebih baik tersebut karena kebijakan AS yang sudah mulai membuka perekonomiannya meskipun masih terkena wabah.
"Pasar pun masih berekspektasi positif terhadap upaya pembukaan ekonomi di negara-negara pandemi yang lain," katanya.
Di sisi lain, lanjut Ariston, belum terjadinya eskalasi ketegangan AS dan China kembali yang berpotensi juga membantu sentimen positif hari ini.
"Rupiah kemungkinan masih berpotensi menguat hari ini dengan sentimen positif tersebut," ujar Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi bergerak di kisaran 13.700 per dolar AS dan potensi resisten 14.000 per dolar AS.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo bersyukur bahwa nilai tukar rupiah terus menguat. Namun dirinya menilai, rupiah masih berpotensi menguat karena saat ini nilainya masih dianggap terlalu murah (undervalued).
"Alhamdulillah terus menunjukkan penguatan sejalan dengan pandangan kami, bahkan nilai tukar untuk hari ini kami pandang masih undervalued, sehingga ke depannya masih berpotensi menguat," ujar Perry dalam konferensi pers, pada Jumat 5 Juni 2020.
Perry menjelaskan, ada beberapa indikator mengapa rupiah diprediksi bisa terus menguat, yaitu inflasi, defisit transaksi berjalan, perbedaan suku bunga dan Credit Default Swap (CDS).
Dalam Survei Pemantauan Harga pekan pertama Juni, BI memperkirakan inflasi bulan Juni masih akan rendah di kisaran 0,4 persen month to month dan 1,81 persen year on year.
Defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) juga terpantau semakin membaik. Sepanjang 2020, CAD diperkirakan lebih rendah 2 persen dari PDB.
"Perbedaan suku bunga dalam dan luar negeri, SBN kita yang 10 tahun itu 7,06 persen, suku bunga US Treasury Bond 10 tahun itu 0,8 persen, bedanya 6,2 persen, itu tinggi kan dan imbal hasil investasi aset keuangan Indonesia ini masih tinggi," jelas Perry.
Kemudian CDS Indonesia juga masih berada di kisaran 126 basis point setelah sebelumnya naik ke level 245 basis point pada Maret lalu.

BACA JUGA : 

Awal Pekan, IHSG Balik ke Level 5.000


Jumat, 05 Juni 2020

[New post] PSBB Transisi Beri Napas Segar Pengusaha yang Merugi

perkasafuturesbpp posted: " PT KONTAK PERKASA FUTURES - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyambut baik keputusan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memberlakukan masa transisi menuju new normal. Setidaknya kabar ini menjadi angin segar bagi pelaku usaha pusat perbela"

7 Sektor Terbakar, IHSG Dibuka Melemah ke 5.902

PT KONTAK PERKASA FUTURES Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan Jumat pekan ini. IHSG tak mampu tembus kembali ke level 5.000.
Pada pembukaan perdagangan Jumat (5/6/2020) pukul 09.00 WIB, IHSG melemah 14,86 poin atau 0,29 persen ke posisi 5.902,36. Adapun indeks saham LQ45 juga melemah 0,60 persen ke posisi 760,78.
Di awal perdagangan ini, IHSG berada di posisi tertinggi pada level 4.926,26 dan terendah 4.900,38.
Sebanyak 134 saham menguat tetapi tak mampu mendorong IHSG ke zona hijau. Sedangkan 85 saham melemah dan 127 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham 42.631 kali dengan volume perdagangan 459,8 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 505,9 miliar.
Investor asing jual saham Rp 29 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.075.
Dari 10 sektor pembentuk IHSG, terdapat tiga sektor yang menguat dan tujuh sektor melemah. Sektor yang perkasa adalah pertambangan, kontruksi dan perdagangan.
Sedangkan sektor yang melemah dipimpin oleh industri dasar yang anjlok 1,02 persen. Kemudian diikuti oleh sektor keuangan yang melemah 1 persen dan sektor infrastruktur turun 0,58 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain TECH yang naik 14,81 persen ke Rp 248 per lembar saham, JAWA menguat 13,70 persen ke Rp 83 per lembar saham dan NOBU naik 10,39 persen ke Rp 850 per lembar saham.
Saham-saham yang melemah antara lain NATO turun 6,94 persen ke Rp 402 per saham, LPPS turun 6,85 persen ke Rp 68 per saham dan TNCA turun 6,67 persen ke Rp 196 per lembar saham.

Kamis, 04 Juni 2020

[New post] Anggaran Kesehatan Disebut Terlalu Kecil, Apa Kata Pemerintah?

perkasafuturesbpp posted: " KONTAK PERKASA FUTURES - Pemerintah kembali menaikan jumlah anggaran penanganan Covid-19 untuk kesehatan sebesar Rp 87,55 triliun dari sebelumnya hanya Rp 75 triliun. Penambahan anggaran ini dianggap kecil jika dibandingkan dengan beberapa pos-pos lainny"

Industri Hasil Pengolahan Tembakau Butuh Kepastian Regulasi

KONTAK PERKASA FUTURES  - Industri Hasil Pengolahan Tembakau Lainnya (HPTL) telah memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sepanjang tahun 2019, industri yang didominasi oleh pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ini telah berkontribusi terhadap penerimaan cukai negara sebesar Rp 426,6 miliar.
Namun, pertumbuhan industri ini kerap mengalami hambatan lantaran belum memiliki regulasi khusus yang dapat menjamin kepastian usaha.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian, Supriadi, menyatakan industri HPTL perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah berupa regulasi untuk menjamin kepastian usaha.
“Pelaku usaha belum mendapatkan kepastian usaha. Regulasi yang ada baru Peraturan Menteri Keuangan. Sebenarnya investasi untuk industri ini terbuka, tidak seperti rokok. Saya dengar keluhan asosiasi. Jangan sampai sudah investasi besar, lalu nanti akhirnya dilarang,” kata Supriadi dalam Dialog Industri: Ketahanan Industri UMKM Vape di Tengah Pandemi COVID-19.
Sampai saat ini, pemerintah baru mengatur industri HPTL melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/2018 yang merupakan perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/2017 Tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
Sedangkan aturan mengenai produk dan industrinya belum ditetapkan oleh pemerintah. Produk HPTL juga perlu diatur dari aspek kesehatan, seperti pencantuman peringatan kesehatan yang berbeda dengan rokok. Pasalnya, sejumlah hasil riset yang sudah dipublikasikan membuktikan bahwa produk ini memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok.
Menurut Supriadi, industri HPTL perlu diatur ke dalam regulasi yang lebih tinggi seperti Undang-Undang atau Peraturan Presiden sehingga menciptakan kepastian usaha. Sebab, saat ini sudah ada sekitar 2,2 juta pengguna produk HPTL berdasarkan data Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI).
Data tersebut juga menunjukkan jumlah pelaku usaha industri HPTL lokal yang signifikan, yaitu terdapat sekitar 5.000 pengecer, 300 produsen likuid, dan 100 produsen alat dan aksesori. Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap sudah mencapai sekitar 50.000 orang.
“Kalau dilihat, industri ini cukup berkembang pesat sehingga kita harus melindunginya. Industri HPTL memiliki potensi cukup besar, di samping penerimaan negara, ada tenaga kerja. Kita tidak bisa menghalangi teknologi seperti ini,” tambah Supriadi.
Selain regulasi dari aspek kesehatan, pemerintah juga diharapkan menetapkan standardisasi produk HPTL.
“Kami sudah memulai untuk membuat standar dalam rangka menciptakan kepastian usaha. Kami sudah membahas dengan Badan Standardisasi Nasional. Mudah-mudahan tahun ini standar akan kami buat dan selesai tidak ada halangan,” ujar Supriadi.
Staf Khusus Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Pengembangan industri dan Kawasan, I Gusti Putu Suryawan, menambahkan bahwa standardisasi produk HPTL diperlukan untuk menciptakan kepastian usaha bagi industri HPTL.
“Ini yang sedang kami dorong melalui Kemenperin, produk yang baik dan benar standarnya seperti apa? Ini yang harus ditetapkan,” katanya.
Sejauh ini, Putu melanjutkan, dirinya sudah secara intensif membahas industri HPTL dengan Deputi Bidang Koordinasi Perniagaan dan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian Bambang Adi Winarso.
“Kami sudah cukup intens berkomunikasi. Saya sampaikan ini yang harus mulai (pembahasan) dari industri karena kepentingan dari sisi alat dan ekstrak. Mereka (pelaku usaha) takut investasi di sini karena belum ada kepastian usaha,” tambah Putu.
Dengan berbagai potensi yang ada, menurut Putu, Indonesia perlu bergerak cepat dalam memanfaatkan peluang dari industri HPTL. Jika terlambat memberikan kepastian usaha, Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi produk HPTL dari luar negeri.
“Jangan sampai sudah keburu banjir dan tata niaga banjir dari luar, kita hanya jadi pengguna. Kita memang harus segera, mungkin kalau perlu, ada gugus tugas vape," pungkasnya.

Rabu, 03 Juni 2020

[New post] Uang Beredar di Masyarakat Capai Rp 6.238 Triliun hingga April 2020

perkasafuturesbpp posted: " PT KONTAK PERKASA - Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) tumbuh melambat pada April 2020. Posisi M2 April 2020 tercatat Rp6.238,3 triliun atau tumbuh 8,6 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumny"

Selasa, 02 Juni 2020

Jokowi Minta Pertumbuhan Ekonomi Jangan Sampai Minus

PT KONTAK PERKASAPresiden Joko Widodo (Jokowi) meminta berbagai program pemulihan ekonomi nasional (PEN) segera diterapkan agar pertumbuhan ekonomi pada kuartal II, III, dan IV 2002 tidak merosot lebih dalam, apalagi hingga ke level negatif (minus).
Presiden, dalam rapat terbatas melalui telekonferensi dari Istana Merdeka, Jakarta, Rabu, mengharapkan dengan berbagai program PEN, kegiatan ekonomi domestik dapat segera pulih dari tekanan pandemi virus corona baru (COVID-19) dan terakselerasi.
“Kita tahu kuartal I 2020, ekonomi kita hanya tumbuh 2,97 persen (year on year/yoy), dan kuartal II dan III dan IV kita harus mampu menahan agar laju pertumbuhan ekonomi tidak merosot lebih dalam lagi, tidak sampai minus, dan bahkan kita harapkan pelan-pelan bisa ‘rebound’,” ujar Jokowi dikutip dari Antara, Rabu (3/6/2020).
Presiden pada Rabu pagi ini, memimpin rapat terbatas Penetapan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan Perubahan Postur APBN Tahun 2020 yang diikuti Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Menteri Kabinet Indonesia Maju, Gubernur Bank Indonesia Perry Wardjiyo, dan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso.
Beberapa PEN yang telah dirancang pemerintah antara lain pemberian subsidi bunga untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), penempatan dana pemerintah untuk bank yang terdampak restrukturisasi, pemberian keringanan kredit modal kerja.
Kemudian, penyertaan modal negara untuk BUMN, hingga investasi pemerintah untuk modal kerja.
“Saya harapkan, saya minta, saya ingin pastikan, harus segera operasional di lapangan, harus segera dilaksanakan,” ujar Presiden.
Pemerintah sudah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) mengenai Kebijakan Keuangan dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi corona virus disease 2019 ( COVID-19).
Dalam Perpu itu, pemerintah menyiapkan belanja Rp405,1 triliun untuk penanganan COVID-19, termasuk pemulihan dampak ekonomi.
Pada kuartal I 2020, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 2,97 persen secara tahunan (yoy).
Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan asumsi makro yang sudah disesuaikan untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 adalah 2,3 persen.