Minggu, 18 Oktober 2020

Intip Prediksi Harga Emas Jelang Pemilu AS


PT KONTAK PERKASA - Harga emas yang berada di level USD 1.900 per ons dinilai dapat sedikit memberikan ketenangan. Setidaknya sebelum nantinya terkoyak pada saat pemilihan presiden AS pada 3 November 2020 mendatang.

Pasalnya, AS sangat terpolarisasi selama pemilihan ini. Disisi lain, ada pertanyaan yang membayangi apakah Trump akan menerima dan mengakui hasilnya jika rivalnya, Biden menang.

"Ketidakpastian seputar pemilu adalah masalah. Jika Anda tidak mempercayai sistem pemilu, itu adalah masalah," kata Grady. Dikhawatirkan, hal tersebut dapat memicu konflik atau kerusuhan sipil.

"Ketidakpastian tetap menjadi semboyan di pasar. Fakta bahwa harga emas belum benar-benar bergerak dan masih dengan mantap memperdagangkan kisaran dalam dolar mencerminkan keengganan pelaku pasar untuk mengambil posisi agresif menjelang hasil pemilu (dalam pandangan kami, setidaknya, hasil pemilu akan bullish untuk emas, bagaimanapun),” kata kepala analisis pasar StoneX untuk EMEA dan kawasan Asia Rhona O'Connell.

Dilansir dari laman Kitco, Senin (19/10/2020), Wakil presiden senior pedagang logam mulia MKS SA Afshin Nabavi mengatakan, untuk saat ini harga emas kemungkinan akan tetap dalam kisaran antara USD 1.880 dan USD 1.930 per ounce. Dimana harga emas ini mengacu pada dolar dan pasar saham.

“Kami harus menembus USD 1.925 pada sisi atas, dan pada sisi bawah, support yang solid berada di USD 1.880. Sentimen lebih pada sisi bullish untuk logam," kata Nabavi.

Harga emas tak hanya akan dipengaruhi oleh pemilu AS. Melainkan juga paket stimulus yang saat ini pembahasannya masih terus bergulir. Presiden Phoenix Futures and Options LLC Kevin Grady mengatakan, sebelum atau sesudah pemilu, stimulus pada akhirnya akan diloloskan karena kedua calon presiden melihat perlunya pengeluaran yang lebih besar.

"Terlepas dari kandidat presiden mana yang masuk, harga emas pada akhirnya akan naik lebih tinggi. Kedua kandidat akan mengeluarkan uang, dan itu bullish untuk emas. Saya memperkirakan harga emas akan naik kembali menjadi USD 2.000 pada akhir tahun." kata Grady.

Hal lain yang membuat investor berhati-hati adalah potensi adanya gelombang kedua dalam kasus COVID-19. JIka ini terjadi, maka kemungkinan besar pemerintah setempat akan segera kembali memberlakukan penguncian. Hal ini tentu bukan situasi yang menguntungkan.

"Investor global juga memperhatikan perkembangan terbaru seputar penyebaran virus, karena COVID-19 muncul kembali di seluruh Eropa dan Amerika Serikat. Di era pra-vaksin ini, pemulihan ekonomi suatu negara bergantung pada seberapa baik virus itu dapat menahannya. virus corona, karena respons kesehatan setiap negara yang menjadi dasar pemulihan ekonominya, "kata analis pasar FXTM, Han Tan.

Harga emas jatuh dan sedang menuju penurunan mingguan pertama dalam tiga pekan terakhir pada perdagangan Jumat. Penurunan harga emas ini karena memudarnya peluang perjanjian stimulus AS sebelum pemilihan presiden 3 November sehingga merusak daya tarik logam sebagai lindung nilai inflasi.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (17/10/2020), harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi USD 1,901,87 per ounce. Bullion turun 1,4 persen sepanjang minggu ini. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,1 persen pada USD 1,906.40.

"Dengan tagihan stimulus tahun ini sangat tidak pasti, harga emas tetap terikat pada USD," kata Tai Wong, Kepala Perdagangan Derivatif Logam Dasar dan Mulia di BMO.

"Sementara sentimen untuk harga emas tetap sangat bullish tanpa pendorong jangka pendek yang kuat, kami tampaknya berosilasi di sekitar USD 1.900 tidak dapat secara substansial menembus kisaran bulanan USD 1.850-USD 1.950," lanjutnya.

Indeks dolar turun 0,2 persen pada hari itu, tetapi berada di jalur untuk kenaikan mingguan. Ini membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lain untuk membeli emas.

Laporan penjualan ritel AS yang lebih kuat dari perkiraan mengangkat selera untuk aset berisiko, tetapi produksi manufaktur secara tak terduga turun pada bulan September.

Demokrat dan Republik tampaknya tidak mungkin menyetujui kesepakatan stimulus AS sebelum Hari Pemilu bahkan ketika kasus virus corona terus meningkat dan pemulihan pasar tenaga kerja terhenti.

Harga emas, yang telah naik sekitar 25 persen sepanjang tahun ini, dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang di tengah tingkat stimulus global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

"Dengan begitu banyak risiko peristiwa di cakrawala, yang berpuncak dengan pemilihan AS, kami kemungkinan telah melihat posisi terendah dalam emas untuk bulan depan atau lebih," Jeffrey Halley, Analis Pasar Senior di OANDA, mengatakan dalam sebuah catatan.

"Harga emas kemungkinan akan bergeser ke kisaran USD 1.900 menjadi USD 1.975 per ounce saat pemilihan semakin dekat."

Selain harga emas, harga perak merosot 0,3 persen menjadi USD 24,25 per ounce, dan turun lebih dari 3 persen untuk minggu ini. Harga Platinum turun 0,2 persen menjadi USD 862,05, sementara paladium turun 0,9 persen menjadi USD 2.332,20.

BACA JUGA :

OJK Yakin Pertumbuhan Kredit Bakal Kerek Laju Investasi

PT KONTAK PERKASA

Jumat, 16 Oktober 2020

[New post] Harga Emas Antam Kembali Naik, Jadi Rp 1.011.000 per Gram

perkasafuturesbpp posted: " KONTAK PERKASA FUTURES - Harga emas Antam atau emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik Rp 2.000 per gram menjadi Rp 1.011.000 per gram pada perdagangan Jumat ini. Kemarin, harga emas Antam dibanderol Rp 1.009.000 per gram. Sedangkan unt"

Harga Emas Menguat Usai Trump Tawarkan Stimulus Lebih Besar

KONTAK PERKASA FUTURES - Harga emas naik tipis pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta), usai Presiden AS Donald Trump membangkitkan kembali harapan akan adanya paket stimulus bagi warga AS untuk menggadapi dampak pandemi Covid-19.


Rencananya, tambahan stimulus tersebut bisa diberikan sebelum gelaran pemilihan presiden AS yang berlangsung pada 3 November nanti.

Namun, penguatan harga emas ini sedikit tertahan karena adanya kenaikan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia lain.

Mengutip CNBC, Jumat (16/10/2020), harga emas di pasar spot naik 0,3 persen menjadi USD 1.906,15 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup naik 0,1 persen menjadi USD 1.908,90 per ounce.

Trump mengatakan dia setuju atau memberikan tandatangan jika ada kenaikan plafon stimulus penanganan dampak COvid-19 dari usulan semula sebesar USD 1,8 triliun.

"Fokusnya adalah pada harapan baru pembicaraan stimulus karena Presiden AS terus mendorong untuk menyelesaikan kesepakatan dan emas mengabaikan kekuatan dolar AS," kata analis ED&F Man Capital Markets, Edward Meir.

"Namun memang kekuatan dolar AS tidak bisa diabaikan. Penguatan dolar AS tetap akan membuat kenaikan harga emas kemungkinan akan terbatas." tambah dia.

Dolar AS menahan kenaikan terhadap saingannya, didukung oleh pernyataan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin pada hari Rabu bahwa kesepakatan stimulus akan sulit dicapai sebelum pemilihan.

Lebih lanjut mendukung harga emas, klaim pengangguran mingguan AS secara tak terduga naik minggu lalu.

“Jumlah pengangguran menunjukkan bahwa kami belum keluar dari masalah. kami masih memiliki banyak rintangan yang harus dihadapi yang menunjukkan kemungkinan lebih banyak intervensi pemerintah melalui stimulus dan menekan suku bunga,” kata kepala investasi Sica Wealth Management, Jeffrey Sica.

Emas yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi, penurunan nilai mata uang, dan ketidakpastian, telah naik 25 persen tahun ini. Kenaikan tersebut didorong oleh stimulus global besar-besaran untuk melindungi ekonomi dari kemerosotan yang disebabkan pandemi Covid-19.

BACA JUGA :

IHSG Keok di Sesi I, Donald Trump jadi Biang Keroknya

KONTAK PERKASA FUTURES

 

 

Kamis, 15 Oktober 2020

[New post] Usai Tergelincir, Harga Emas Kembali Naik Dipicu Pelemahan Dolar AS

perkasafuturesbpp posted: " PT KONTAK PERKASA FUTURES - Harga emas naik 1 persen pada hari Rabu, rebound dari penurunan tajam di sesi sebelumnya. Kenaikan harga emas ini didorong oleh pelemahan dolar AS dan ketidakpastian seputar pemilihan AS serta pemulihan ekonomi global yang me"

Ekonomi Mulai Bangkit, Ekspor Indonesia Naik 6,9 Persen di September 2020

 

PT KONTAK PERKASA FUTURES - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada September 2020 adalah sebesar USD 14,01 miliar.

Angka ini mengalami kenaikan sebesar 6,97 persen dibandingkan Agustus 2020. Sedangkan secara tahunan, nilai ekspor Indonesia pada September 2020 mengalami penurunan yang sangat tipis sebesar 0,51 persen.

“Nilai ekspor selama bulan September tahun 2020 mengalami kenaikan sebesar 6,97 persen. Disebabkan kenaikan ekspor migas sebesar 17,43 persen dan nonmigasnya juga naik 6,47 persen. Jadi tentunya ini irama yang menggembirakan karena ekspornya naik, baik dari sisi migas maupun non nonmigas,” ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto dalam video konferensi, Kamis (15/10/2020).

Secara rinci, nilai ekspor migas pada September 2020 tercatat sebesar USD 0,70 miliar. Sedangkan untuk nilai ekspor nonmigas sebesar USD 13,31 miliar.

“Kalau kita bandingkan secara YoY (tahunan), nilai ekspor pada bulan September tahun 2020 ini memang masih mengalami penurunan, tetapi penggunaannya sangat tipis sekali, karena hanya 0,5 persen. Posisi ekspor kita pada bulan September 2020 sudah hampir sama dengan posisi bulan September tahun 2019. Pada bulan September 2020 total nilai ekspor kita adalah  USD 14,01 miliar pada bulan September tahun 2019 adalah USD 14,08 miliar,” jelas Kecuk.

Lebih lanjut, secara tahunan, ekspor migas tercatat mengalami penurunan sebesar 12,44 persen. Sementara untuk ekspor nonmigas mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada September 2020 surplus sebesar USD 2,44 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor tercatat lebih tinggi sebesar USD 14,01 miliar dari posisi nilai impor sebesar USD 11,57 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, surplus ini jauh lebih besar dibandingkan surplus bulan Agustus 2020 sebesar USD 2,35 miliar. Juga jauh lebih besar dibandingkan dengan posisi bulan September 2019 di mana pada waktu itu mengalami defisit USD 183,3 juta.

"Pada bulan September kita mengalami surplus USD 2,44 miliar. Selama 5 bulan berturut-turut sejak bulan Mei, Indonesia mengalami surplus dan surplus pada bulan September ini lebih besar dibandingkan surplus pada bulan Agustus, jelas dia dalam video conference di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/10/2020).

Jika dirinci surplus neraca perdagangan Indonesia menurut negara, pada posisi Juli 2020 Amerika Serikat (AS) menjadi terbesar yakni surplus mencapai USD 1,08 miliar. Di mana ekspor Indonesia ke AS mencapai USD 1,6 miliar dan impor USD 607 juta.

Kemudian surplus lainnya juga terjadi dengan India yang mengalami surplus USD 562,5 juta dan Filipina sebesar USD 491,2 juta.

Sebaliknya ada beberapa negara yang masih mengalami defisit pada Juli 2020. Di mana dengan Tiongkok mengalami defisit USD 879,2 juta. Kemudian Ukraina mengalami defisit USD 140,1 juta dan Brasil defisit USD 119,3 juta.

Adapun secara keseuruhan BPS mencatat untuk neraca perdagangan dari Januari sampai September 2020 mengalami surplus USD 13,51 miliar. Surplus ini jauh lebih bagus dibandingkan posisi pada bulan Januari sampai September 2019 yang pada waktu itu mengalami defisit.

 
BACA JUGA : 5 Bulan Berturut-turut, Neraca Dagang Indonesia Surplus

PT KONTAK PERKASA FUTURES

Selasa, 13 Oktober 2020

[New post] Turun Lagi, Harga Emas Antam Dipatok Rp 1.007.000 per Gram

perkasafuturesbpp posted: " PT KONTAK PERKASA - Harga emas Antam atau emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) turun Rp 8.000 per gram menjadi Rp 1.007.000 per gram pada perdagangan hari ini. Kemarin, harga emas Antam dibanderol Rp 1.015.000 per gram. Sedangkan untuk ha"

Harga Emas Tergelincir Efek Pemulihan Ekonomi Dunia Lebih Cepat

PT KONTAK PERKASA  - Harga emas turun sebanyak 1,9 persen pada hari Selasa, mencapai di bawah USD 1.900 per ounce. Ini karena dolar menguat seiring kebuntuan atas stimulus AS dan karena investor terikat pada rapor ekonomi dari Dana Moneter Internasional.

Dikutip dari CNBC, Rabu (14/10/2020), harga emas di pasar Spot turun 1,7 persen menjadi USD 1,890.01 per ounce. Emas berjangka AS kehilangan 1,8 persen menjadi USD 1.893,70.

"Stagnasi di Washington selama paket stimulus berikutnya terus menekan aset seperti emas yang mengandalkan pelemahan dolar untuk gelombang dukungan berikutnya," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

“IMF dan lembaga lain seperti Federal Reserve AS juga telah mencatat bahwa pemulihan ekonomi telah terjadi sedikit lebih cepat dari yang mereka perkirakan semula, sehingga akan membuat kami percaya bahwa mungkin ada kebutuhan akan stimulus yang lebih rendah di seluruh dunia,” tegasnya.

Dolar melonjak 0,4 persen terhadap saingannya, membuat emas mahal.

IMF mengatakan perkiraan untuk ekonomi global tak seburuk yang diperkirakan karena negara-negara kaya dan China pulih lebih cepat dari perkiraan.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan penawaran paket stimulus virus corona terbaru oleh Presiden Donald Trump kurang dari yang dibutuhkan rakyat Amerika.

Harga emas telah dipermainkan selama negosiasi untuk kesepakatan stimulus fiskal, dengan kebuntuan terbaru. "Menghilangkan beberapa pendorong bullish jangka pendek yang kami antisipasi," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA.

“Tapi semua itu berarti kita akan mendapatkan stimulus nanti, mungkin awal tahun depan dan itu akan menyebabkan harga emas lebih tinggi,” tambah dia.

Emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, telah meningkat 25 persen tahun ini di tengah tingkat stimulus global yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pandemi.

Setelah mengalami masa yang sulit pada pekan lalu, harga emas diperkirakan bisa melambung pada pekan ini. Kenaikan harga emas dipengaruhi oleh sentimen gejolak pemilu AS.

Mengutip Kitco, Minggu (11/10/2020), meskipun sebagian besar analis dan pelaku pasar memperkirakan harga emas bakal naik, tetapi belum bisa membawa harga emas kembali di atas level USD 2.000 per ounce.

"Kami melihat beberapa potensi kenaikan dalam jangka pendek," kata Darin Newsom, analisis Darin Newsom. "Tetapi kami masih perlu melihat apakah momentum ini bisa bertahan." tambah dia.

Dalam survei Kitco, dari 17 analis yang berpartisipasi, sebanyak 13 analis atau 76 persen memperkirakan harga emas bakal naik.

Sedangkan satu analis atau 6 persen memperkirakan harga emas akan turun dan tiga analis atau 18 persen memperkirakan harga mendatar.

Ada momentum baru kenaikan harga emas pada Jumat lalu. Pada hari itu, harga emas diperdagangkan di level USD 1.928,80 per ounce. Angka tersebut naik 1 persen jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.

Meskipun beberapa analis melihat bahwa ada ruang bagi harga emas untuk naik, tetapi mereka tidak yakin bahwa harga emas bisa menembus di atas USD 2.000 per ounce dalam waktu dekat.

"Saya memperkirakan harga emas akan bergerak lebih tinggi minggu ini tetapi ini benar-benar hanya kenaikan dalam jangka pendek," kata Colin Cieszynski, kepala analis SIA Wealth Management.

Cieszynski menambahkan, harga emas membutuhkan lebih banyak stimulus untuk mencapai level tertinggi baru sepanjang masa.

"Sepertinya bank sentral belum siap untuk memompa lebih banyak stimulus ke pasar dan saya kira pemerintah tidak akan melakukan apa pun sampai setelah pemilihan," tambah dia.

 

BACA JUGA :

Indonesia Duduki Peringkat ke-6 Negara dengan Utang Terbesar di Dunia

PT KONTAK PERKASA